BAB 13
SENI DAN BUDAYA TRADISI ISLAM
Standar Kompetensi :
13. Memahami sejarah
tradisi Islam Nusantara
Kompetensi Dasar :
13. 1.
Menceritakan seni budaya lokal sebagai bagian dari
tradisi Islam
13. 2.
Memberikan apresiasi terhadap tradisi dan upacara
adat kesukuan Nusantara.
Perkembangan
ajaran Islam di Nusantara tidak hanya berada dalam lingkup ibadah saja.
Kehadiran Islam di Nusantara juga berpengaruh terhadap seni dan tradisi di
Nusantara. Bahkan perkembangan itu terus dilestarikan bahkan berkembang sampai
dengan sekarang. Bagaimana keberadaan seni budaya dan tradisi Islam tersebut?
Untuk memahaminya, pelajarilah pembahasan berikut ini !
A. SENI TRADISI ISLAM
A. SENI TRADISI ISLAM
Agama Islam merupakan agama yang
menyukai keindahan atau seni. Dengan demikian seni tidaklah dilarang oleh
ajaran Islam. Namun dkesenian dalam Islam harus tetap memperhatikan keluhuran
budi dan moral. Oleh karena itu kesenian yang tidak mengindahkan norma-norma
dan moral, maka tidak diperbolehkan dalam Islam, seperti pornografi (gambar-gambar
mesum) dan porno aksi (aksi atau tindakan mesum).Kebebasan berkesenian sama halnya
dengan kebebasan kita dalam berkata, bersikap, dan bertingkah laku. Kita bebas
bertindak dan berkata apapun, namun tidak boleh melanggar aturan dan tata
krama, serta tidak boleh menyakiti hati orang lain.
Seni-seni Islami yang berkembang di antaranya adalah
sebagai berikut :
1.
Seni arsitektur
Kehadiran Islam telah
mendorong lahirnya ciptaan-ciptaan baru dalam seni bangunan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
Islam, misalnya bangunan masjid sebagai pusat beribadah dan berkumpulnya umat Islam. Masjid di Aceh, Demak, Kudus dan
di daerah lain di Nusantara merupakan kekayaan seni arsitektur yang terus
berkembang sampai sekarang.
Karya seni arsitektur
pengaruh Islam juga tampak dalam bangunan keraton-keraton kerajaan Islam.
Disamping itu, seni arsitektur juga tampak dalam makam-makam para raja kerajaan
Islam di Nusantara.
2.
Seni ukir
Seni ukir pengaruh
Islam juga berkembang di Nusantara. Seni ukir yang dimaksud adalah berupa seni
ukir hias untuk memperindah masjid di bagian mimbar dan bangunan makam di bagian jirat, nisan-nisannya, cungkupnya, dan tiang-tiang
cungkupnya. Seni ukir hias itu antara lain berupa
daun-daunan, bunga-bungaan (teratai), bukit-bukit karang, pemandangan, dan ukiran kaligrafi.
3.
Kaligrafi
Kaligrafi adalah seni
menulis indah dengan merangkaikan huruf-huruf Arab atau ayat suci Al Qur'an, hadis, asma Allah SWT,
shalawat maupun kata-kata hikmah sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Kaligrafi sebagai
motif hiasan dapat dijumpai di masjid-masjid kuno, seperti
ukir-ukiran yang terdapat pada masjid di
Jepara. Tidak hanya masjid kuno, masjid-masjid sekarang
juga banyak dijumpai tulisan kaligrafi, baik di mimbar, dinding, maupun pada
bagian luar masjid.
4.
Seni tari
Di beberapa daerah di
Indonesia
terdapat bentuk-bentuk tarian yang berkaitan dengan
bacaan shalawat. Misalnya pada seni rebana diikuti dengan tari-tarian zipin,
bacaan shalawat dengan menggunakan lagu-lagu tertentu.
5.
Seni musik/suara
Dalam kebudayaan
Islam kita juga mengenal seni musik berupa rebana, hadrah, qasidah, nasyid dan
gambus yang melantunkan lagu-lagu dengan syair yang Islami. Kita mengenal
grup/kelompok nasyid dan qasidah seperti Bimbo, Nidaria, Nasyidaria, Raihan,
Snada dan sebagainya.
Di jaman sekarang
lantunan lagu-lagu Islami tidak hanya diiring musik rebana saja, namun juga
diiringi band, seperti lagu-lagu yang dilantunkan oleh grub band Ungu, Gigi,
dan grub band yang lain.
6.
Seni pertunjukan
Berupa pagelaran
wayang kulit yang merupakan perpaduan kebudayaan
Jawa dengan unsur keislaman. Bagi orang jawa, wayang bukan hanya sebagai tontonan, tetapi juga tuntunan karena
sarat dengan pesan-pesan
moral yang menjadi filsafat hidup orang Jawa.
7.
Seni Sastra
Seni sastra yang
berkembang pada zaman Islam umumnya berkembang
di daerah sekitar Selat Malaka (daerah Melayu) dan di Jawa. Ditinjau dari corak dan isinya,
kesusastraan zaman Islam dibagi menjadi beberapa jenis, meskipun pembagian itu tidak dapat dilakukan
secara tegas sebab sering
terjadi suatu naskah dapat dimasukkan ke dalam dua golongan sekaligus. Jenis-jenis karya sastra zaman Islam
di antaranya adalah
sebagai berikut.
a.
Hikayat
Hikayat adalah cerita
atau dongeng yang biasanya penuh dengan
keajaiban dan keanehan. Tidak jarang hikayat berpangkaI pada tokoh-tokoh sejarah atau peristiwa yang
benar-benar terjadi.
b.
Babad
Babad adaIah dongeng
yang sengaja diubah sebagai cerita sejarah.
DaIarn babad, tokoh, tempat, dan peristiwa harnpir semua ada daIam sejarah, tetapi
penggarnbarannya diIakukan secara berlebihan.
Contohnya Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Babad Giyanti, dan Babad Pakepung.
Di daerah Melayu,
babad dikenaI dengan nama sejarah sarasilah (siIsilah) atau tambo, yang juga diberi juduI hikayat.
Contohnya Tambo Minangkabau, Hikayat
Raja-raja Pasai, dan Hikayat Sarasilah Perak.
c.
SuIuk
SuIuk adaIah
kitab-kitab yang menguraikan soaI tasawuf. Kitab suluk sangat rnenarik karena sifatnya pantheisme, yaitu menjeIaskan
tentang bersatunya rnanusia
dengan Tuhan (mangunggaling kawulo lan Gusti). Pujangga-pujangga kerajaan dan para waIi banyak menghasiIkan
karya-karya sastra
jenis suIuk ini, antara lain sebagai berikut.
·
Sunan Bonang mengernbangkan iImu
suIuk daIam bentuk puisi yang dibukukan daIam
Kitab Bonang.
·
Hamzah Fansuri menghasilkan
karya sastra dalam bentuk puisi yang
bernafaskan keislaman, misalnya Syair Perahu dan Syair dagang.
·
Syekh Yusuf, seorang ulama Makassar yang diangkat sebagai pujangga di kerajaan Banten, berhasiI menulis beberapa buku tentang tasawuf.
B.
KEBUDAYAAN
TRADISI ISLAM
1.
Halal Bihalal
Tradisi halal bihalal merupakan tradisi khas yang
dilakukan bangsa Indonesia.
Dikatakan khas karena di Arab Saudi sebagai tempat awal mula Islam lahir tidak
ditemukan tradisi halal bihalal. Halal bihalal
dilakukan pada bulan Syawal setelah umat Islam melaksanakan ibadah puasa
di bulan Ramadhan. Dengan demikian tradisi halal bihalal sangat erat kaitanya
dengan perayaan Idul Fitri.
Tujuan kegiatan halal bihalal adalah untuk menjalin tali
silaturahmi dan saling memaafkan. Halal bihalal dilakukan di berbagai lapisan
masyarakat, mulai tingkat keluarga, RT, RW, Desa, Kecamatan bahkan di istana
kepresidenan pun dilakukan tradisi halal bihalal.
Tradisi Halal bihalal bersumber dari ajaran Islam, namun
dalam perkembangannya halal bihalal tidak hanya melibatkan umat Islam saja,
namun sudah menjadi tradisi nasional yang bernafaskan Islam.
Istilah Halal bihalal berasal dari bahasa Arab (halla atau
halal) tetapi tradisi halal bi halal itu sendiri bukan berasal dari Timur
Tengah. Bahkan bisa jadi ketika arti kata ini ditanyakan kepada orang Arab,
mereka akan kebingungan dalam menjawabnya. Demikian
juga dengan kata silaturrahmi yang pemakaiannya telah salah kaprah. Yang benar
adalah silaturrahim
Halal bi Halal sebagai sebuah tradisi khas Islam Indonesia lahir
dari sebuah proses sejarah. Tradisi ini digali dari kesadaran batin
tokoh-tokoh umat Islam masa lalu untuk membangun
hubungan yang harmonis (silaturrahim) antarumat. Dengan
acara halal bi halal, pemimpin agama, tokoh-tokoh masyarakat dan
pemerintah akan berkumpul, saling berkomunikasi dan saling bertukar
informasi. Dari komunikasi yang terbangun diharapkan berbagai persoalan
akan dicarikan jalan keluarnya.
Pada acara halal bi halal semua orang mengucapkan mohon
ma'af lahir dan batin. Hal ini mengandung maksud bahwa ketika secara
lahir telah mema'afkan yang ditandai dengan berjabat tangan atau mengucapkan
kata ma'af, maka batinnya juga harus dengan tulus memaafkan dan tidak lagi
tersisa rasa dendam dan sakit hati.
2.
Kupatan
(Bakdo Kupat)
Di Pulau Jawa
bahkan sudah berkembang ke daerah-daerah lain terdapat tradisi kupatan. Tradisi
membuat kupat ini biasanya dilakukan seminggu setelah Idul Fitri. Biasanya masyarakat
berkumpul di suatu tempat seperti mushala dan masjid untuk mengadakan selamatan
dengan hidangan yang didominasi kupat (ketupat).
Kupat
merupakan makanan yang terbuat dari beras dan dibungkus anyaman (longsong) dari
janur kuning (daun kelapa yang masih muda) tersebut
banyak dijumpai di pasar-pasar dalam bentuk matang atau hanya longsongnya dan bisa dimasak sendiri. Dan saat ini ketupat
menjadi maskot Hari Raya Idul Fitri.
Longsong yang
terbuat dari daun kelapa tersebut diisi beras yang telah direndam air,
selanjutnya direbus berjam-jam hingga matang. Makanan
pengganti nasi tersebut biasa disajikan bersama sayur pelengkap, termasuk opor dan lainnya.
Ketupat
memang sebagai makanan khas lebaran, walau dalam masyarakat Jawa baru dijumpai seminggu setelah hari besar tersebut. Makanan itu
ternyata bukan sekadar sajian pada hari kemenangan,
tetapi punya makna mendalam dalam tradisi Jawa.
Oleh para
Wali, tradisi membuat kupat itu dijadikan sebagai sarana untuk syiar agama.
Dalam tradisi tersebut dihadirkan upacara kupatan yang
perlengkapannya menggunakan ketan, kolak, dan apem (serabi)
yang diberi wadah daun pisang yang dibentuk sedemikian rupa menjadi takir.
Ketan sebagai
perlambang yang diambil dari kata khatam (selesai), takir dari kata
zikir, dan apem dari kata afwan atau ampunan.
Oleh sebagian
besar masyarakat, kupat juga menjadi singkatan atau di-jarwo dhosok-kan menjadi rangkaian kata yang sesuai dengan momennya yaitu
Lebaran. Kupat adalah singkatan dari ngaku lepat
(mengakui kesalahan) dan menjadi simbol untuk saling memaafkan.
3.
Dugderan di
Semarang
Tradisi dugderan merupakan tradisi khas yang dilakukan
oleh masyarakat Semarang,
Jawa Tengah. Tradisi Dugderan dilakukan untuk menyambut datangnya bulan puasa.
Tradisi dugderan biasanya diawali dengan pemberangkatan
peserta karnaval dari Balaikota Semarang. Diperkirakan sekitar pukul 12.15 WIB peserta
karnaval diberangkatkan dengan penyerahan penghargaan bagi peserta lomba “Warak
Ngendog” (semacam patung yang menjadi maskot dugderan). Acara karnaval ini
diikuti seluruh kecamatan. dan untuk memeriahkan acara
tersebut juga menampilkan Warag Dugder. Selanjutnya iring-iringan karnaval
menuju masjid Kauman Semarang.
Ritual dugderan akan dilaksanakan setelah shalat Asar yang
diawali dengan musyawarah untuk menentukan awal bulan Ramadan yang
diikuti oleh para ulama. Hasil musyawarah itu kemudian diumumkan
kepada khalayak. Sebagai tanda dimulainya berpuasa dilakukan pemukulan bedug. Hasil
musyawarah ulama yang telah dibacakan itu kemudian diserahkan
kepada Kanjeng Gubernur Jawa Tengah. Setelah itu Kanjeng Bupati Semarang (Walikota
Semarang) dan Gubernur bersama-sama memukul bedug kemudian diakhiri dengan
doa.
Ketika perayaan dugderan dilaksanakan, masayarakat Semarang dan
sekitarnya berduyun-duyun menyaksikan karnaval ini.
Dalam acara ini biasanya juga dipentaskan tarian Jipin yang dibawakan oleh 100 penari
dari Semarang
dan Demak
4.
Sekaten di
Surakarta dan Yogyakarta
Tradisi Sekaten dilaksanakan setiap tahun di Karaton
Surakarta Jawa Tengah dan Keraton Yogyakarta. Tradisi ini dilaksanakan dan
dilestarikan sebagai wujud Mikul Dhuwur Mendhem Jero (kegiatan
mengenang jasa-jasa) dari Karaton Surakarta
maupun Yogyakarta terhadap perjuangan Walisongo
yang telah berhasil menyebarkan tuntunan Nabi Muhammad s.a.w. di
tanah Jawa. Kelahiran Nabi Muhammad saw. tersebut konon diperingati oleh para
wali di keraton Demak selama seminggu, dari tanggal 5-15 Rabiul
Awwal. Peringatan yang lazim dinamai Maulud Nabi itu, oleh para wali disebut
Sekaten, yang berasal dari kata Syahadatain (dua kalimat Syahadat).
Jadi, Sekaten diadakan untuk melestarikan
tradisi para wali dalam memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw. Sebagai
tuntunan bagi umat manusia. Diharapkan masyarakat yang datang ke Sekaten juga
mempunyai motivasi untuk mendapatkan berkah dan meneladani Nabi Muhammad saw.
Semangat perayaan Sekaten diharapkan dapat mendorong manusia
meningkatkan rasa tasamuh (toleran), bisa saling memaafkan dan berlapang dada, pandai bersyukur, meningkatkan
takwa, serta tidak takabur. Semangat itulah yang perlu
diteladani dari Walisongo dan Nabi Muhammad saw.
Dengan demikian, perayaan Sekaten pada hakikatnya diperuntukkan
bagi mereka yang menghendaki tuntunan; hal yang memang dikehendaki oleh Walisongo.
Dalam upacara Sekaten tersebut disuguhkan gamelan pusaka peninggalan
dinasti Majapahit yang telah dibawa ke Demak. Suguhan ini sebagai pertanda
bahwa dalam berdakwah para wali mengemasnya dengan menjalin kedekatan kepada
msyarakat.
Tradisi menabuh gamelan
dilestarikan di Karaton
Surakarta, tepatnya di Bangsal Pagongan, Mesjid Agung Karaton Surakarta. Sedangkan di Yogyakarta dilaksanakan
di kompleks Masjid Gede Kauman dengan menyuguhkan dua gamelan pusaka keraton,
yaitu Kiai Nagawilaga dan Kiai Guntur Madu.
Gamelan yang disuguhkan di Surakarta adalah Gamelan Kyai Guntur Madu dan
Kyai Guntur Sari. Makna yang dapat diambil dari kedua gending gamelan itu adalah
ajaran menganai Syahadat
Tauhid, yakin pada adanya Allah SWT, dilambangkan dalam gendhing ‘Rembu’,
berasal dari kata Robbuna yang artinya Allah Tuhanku. Ajaran lain yang disampaikan adalah
Syahadat Rosul yang dikumandangkan dengan Gendhing ‘Rangkung’, berasal dari
kata Roukhun yang artinya Jiwa Besar atau Jiwa Yang Agung. Jiwa besar
dan agung itu adalah teladan dari Nabi Muhammad saw yang berdakwah dengan
sabar, tekun, ulet, pemaaf, dan sangat mencintai umatnya.
5.
Kerobok
Maulid di Kutai dan Pawai Obor di Manado
Di Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya kawasan Kedaton
Kutai Kartanegara juga dieselenggarakan tradisi yang dinamakan dengan Kerobok
Maulid. Istilah Kerobok berasal dari Bahasa Kutai yang artinya berkerubun atau
berkerumun oleh orang banyak. Tradisi ini dilaksanakan dalam rangka
memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 Rabiul Awwal. Tradisi
Kerobok Maulid dipusatkan di halaman Masjid Jami' Hasanuddin, Tenggarong.
Kegiatan Kerobok Maulid ini diawali dengan pembacaan
Barzanji di Masjid Jami Hasanudin Tenggarong. Kemudian dari Keraton Sultan
Kutai, puluhan prajurit Kesultanan akan keluar dengan membawa usung-usungan
yang berisi makanan kue tradisional, puluhan bakul Sinto atau bunga/kembang
rampai dan Astagona.
Usung-usungan ini kemudian dikelilingkan antara
Keraton dan Kedaton Sultan dan berakhir di Masjid Hasanuddin. Kedatangan
prajurit keraton dengan membawa Sinto, Astagona dan kue-kue di Masjid Hasanudin
ini akan disambut dengan pembacaan Asrakal yang kemudian membagi-bagikannya
kepada warga masyarakat yang ada di dalam Masjid.
Akhir dari upacara Kerobok ini ditandai dengan
penyampaian hikmah maulid oleh seorang ulama. Sementara itu bagi masyarakat
penonton dan wisatawan yang berada di luar masjid pihak Pemkab Kukar akan
membagi-bagikan makanan berupa kue-kue secara gratis.
Lain halnya di Kutai, untuk memperingati Maulid nabi
Muhammad SAW warga muslim di Kota Manado,
Sulawesi Utara, menggelar tradisi pawai obor. Obor yang dibawa berpawai oleh
ribuan warga membuat jalan-jalan di Kota Manado terang. Bagi warga muslim
setempat pawai obor sudah jadi tradisi dan dilaksanakan turun-temurun sebagai
simbol penerangan. Lebih lanjur simbol penerangan itu bermakna bahwa kelahiran
Nabi Muhammad SAW adalah membawa ajaran yang menjadi cahaya penerang iman saat
manusia hidup dalam kegelapan dalam kemusyrikan.
6.
Grebeg Besar
di Demak
Tradisi Grebeg Besar merupakan upacara tradisional yang
setiap tahun dilaksanakan di Kabupaten Demak Jawa Tengah. Tradisi ini
dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah
bertepatan dengan datangnya Hari raya Idul Adha atau Idul
Kurban. Tradisi ini cukup menarik karena Demak merupakan pusat
perjuangan Walisongo dalam berdakwah.
Pada awalnya Grebeg Besar dilakukan tanggal 10 Dzulhijjah
tahun 1428 Caka dan dimaksudkan sekaligus untuk memperingati genap 40 hari peresmian
penyempurnaan Masjid Agung Demak. Mesjid ini didirikan oleh Walisongo pada
tahun 1399 Caka, bertepatan 1477 Masehi. Tahun berdirinya masjid ini tertulis
pada bagian Candrasengkala ”Lawang Trus Gunaning Janmo”.
Pada tahun 1428 Caka tersebut Sunan Giri meresmikan penyempurnaan
masjid Demak. Tanpa diduga pengunjung yang hadir sangat banyak. Kkesempatan
ini kemudian digunakan para Wali untuk melakukan dakwah Islam. Jadi, tujuan
semula Grebeg Besar adalah untuk merayakan Hari Raya Kurban dan memperingati peresmian
Masjid Demak.
Namun pada tahun 1970-an, tradisi Grebeg Besar ini
hampir-hampir dilupakan masyarakat, terbukti dengan semakin berkurangnya
jumlah pengunjung yang datang. Ketika itu Bupati Demak
Drs. Winarno bersama Kepala Dinas Pariwisata Jateng Drs. Sardjono, memiliki
gagasan mengembangkan pariwisata untuk menambah daya tarik pengunjung. Kemudian
dibuatlah atraksi upacara penyerahan minyak jamas dari Keraton Surakarta kepada
Bupati Demak, diiringi prajurit ”Patangpuluhan” yang jumlahnya empat puluh orang.
Pakaian prajurit ini dirancang oleh Dinas Pariwisata
Jateng, sedangkan untuk aba-aba baris-berbaris dilatih secara khusus
oleh anak wayang kelompok ”Ngesti Pandowo”. Juga masih
ditambah lagi dengan atraksi pemotongan ”Tumpeng Sanga” yang melambangkan Wali
Sanga karena jumlah tumpengnya sembilan buah. Di luar dugaan, dengan ditambahkannya
even ini, pengunjung Grebeg Besar semakin banyak.
Upacara dimulai setelah melakukan salat Idul Adha di
Masjid Agung Demak kemudian diteruskan dengan prosesi
iring-iringan prajurit yang mengawal minyak jamas, minyak untuk memandikan
pusaka, yang didatangkan dari Keraton Surakarta Hadiningrat. Iring-iringan ini
dimulai dari Pendopo Kabupaten Demak sampai ke Makam Kadilangu. Begitu datang, sudah
siap para kerabat dan keturunan yang kemudian melakukan penjamasan peninggalan
pusaka Sunan Kalijaga berupa Kutang Ontokusumo, Keris Kyai Crubuk, dan Kyai
Sengkelat.
7.
Tradisi Rabu
Kasan di Bangka
Tradisi Rebo Kasan dilaksanakan di Kabupaten Bangka setiap tahun, tepatnya
pada hari rabu terakhir bulan Safar. Hal ini sesuai dengan namanya, yakni Rabu
Kasan berasal dari kara Rabu Pungkasan (terakhir).
Upacara Rabu Kasan sebenarnya tidak hanya dilakukan di Bangka saja, namun
di daerah lain seperti di Bogor jawa Barat dan Gresik Jawa Timur. Pada dasrnya
maksud dari tradisi ini sama, yaitu untuk memohon kepada Allah SWT agar
dijauhkan dari bala’ (musibah dan bencana).
Di
Kabupaten Bangka, tradisi ini dipusatkan di desa Air Anyer Kecamatan Merawang. Sehari sebelum upacara Rabu Kasan
di Batam diadakan, semua penduduk telah menyiapkan segala keperluan upacara
tersebut seperti ketupat tolak balak, air wafak dan makanan untuk dimakan
bersama pada hari Rabu esok hari.
Tepat pada hari Rabu Kasan, kira-kira pukul 07.00 WIB semua penduduk yang
akan mengikuti upacara telah hadir ke tempat upacara dengan membawa sedulang
makanan, ketupat tolak bala sebanyak jumlah keluarga masing-masing. Setelah
berkumpul semua sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan baru acara segera
dimulai.
Pertama berdirilah seorang di depan pintu masjid dan menghadap keluar lalu
mengumandangkan adzan.
Lalu disusul dengan pembacaan do’a bersama-sama. Selesai berdo’a semua yang
hadir menarik/melepaskan anyaman ketupat tolak balak yang terlah tersedia tadi,
satu persatu menurut jumlah yang dibawa sambil menyebut nama keluarganya
masing-masing.
Setelah selesai acara melepaskan anyaman ketupat tolak balak tersebut baru
mereka makan.
Setelah
makan bersama, lalu masing-masing pergi mengambil air wafak yang telah
disediakan termasuk untuk semua keluarganya yang ada di rumah masing-masing.
Setelah selesai acara ini mereka pulang dan bersilahturahmi ke rumah
tetangga/keluarganya.
Pada
akhir-akhir ini banyak yang menggunakan kesempatan ini pada sore-sore harinya terutama
bagi muda mudi mencari hiburan di Pantai Air Anyer. Bahkan sekarang ini makin
banyak pengunjung yang datang dari luar kampung Air Anyer menyaksikan dan
berlibur ke Pantai Air Anyer pada setiap tahun diadakan acara Upacara Rabu
Kasan ini.
Uji Kompetensi
A.
Berilah tanda silang (X)
pada huruf a,b,c atau d pada jawaban yang paling tepat !
1.
Kesenian dalam ajaran Islam harus menunjukkan....
a.
keindahan murni c.
kesenangan
b.
akhlak dan norma d.
daya tarik
2.
Contoh seni bangunan (arsiektur) dalam Islam
adalah berupa bentuk bangunan....
a.
rumah c.
jembatan
b.
jalan d.
masjid
3.
Tulisan arab yang mengandung nilai seni disebut
dengan seni....
a.
koreografi c.
fotografi
b.
kaligrafi d.
geografi
4.
Contoh tarian yang tergolong dalam seni Islam
adalah tari....
a.
gambyong c.
zipin
b.
serimpi d.
kecak
5.
Seni musik yang sangat populer dalam ketegori seni
Islam adalah....
a.
nasyid c.
kenduri
b.
manasik d.
manakib
6.
Ilmu suluk dalam bentuk puisi dipelopori oeh
Sunan....
a.
Kalijaga c.
Giri
b.
Kudus d.
Bonang
7.
Tokoh yang sangat populer dalam mengembangkan
karya sastra berbentuk puisi dan syair adalah....
a.
Hamzah Haz c.
Mahmud Hamzah
b.
Hamzah Fansuri d.
Sayyid Hamzah
8.
Tradisi halal bihalal dilakukan oleh umat Islam
setelah merayakan ....
a.
Idul Adha c.
tahun baru hijriyah
b.
Idul Fitri d.
puasa Ramadhan
9.
Tradisi dugderan dilaksanakan di daerah....
a.
Kendal c.
Ungaran
b.
Demak d.
Semarang
10.
Tradisi sekaten di Keraton Surakarta dilakukan
untuk memperingati dan menyambut....
a.
tahun baru Hijriyah c. Idul Adha
b.
maulid Nabi d.
bulan Ramadhan
11.
Tradisi Grebeg Besar di Demak dilakukan untuk
memperingati dan menyambut....
c.
tahun baru Hijriyah c. Idul Adha
d.
maulid Nabi d.
bulan Ramadhan
12.
Sekaten berasal dari kata dalam bahasa Arab syahadatain
yang artinya ....
a.
mengenang jasa-jasa c. tradisi yang agung
b.
dua kalimah syahadad d. kelahiran Nabi
13.
Masjid Agung Demak didirikan oleh Walisongo pada
tahun ....
a.
1475 M c.
1477 M
b.
1476 M d.
1478 M
14.
Dalam kegiatan Grebeg Besar dilaksanakan atraksi
pemotongan ....
a.
Tumpeng Lima c.
Tumpeng Wolu
b.
Tumpeng Pitu d.
Tumpeng Sanga
15.
Tradisi kupatan dilakukan untuk memperingati dan
menyambut....
a.
Idul Fitri c.
Idul Adha
b.
maulid Nabi d.
bulan Ramadhan
A.
Lengkapilah pernyataan-pernyataan berikut
ini !
- Grup band yang menyanyikan lagu berjudul Syurgaku adalah ..............................................
- Contoh seni pertunjukan yang digunakan para wali adalah...................................................
- Seni sastra Islami Nusantara berkembang di daerah.............................................................
- Cerita yang penuh dengan keajaiban dan keanehan disebut................................................
- Dalam tradisi halal bihalal biasanya orang yang hadir saling....................................................
- Maskot yang sangat populer dalam tradisi dugderan adalah.................................................
- Gending yang dikumandangkan dalam tradisi sekaten adalah...............................................
- Jumlah prajurit patangpuluhan adalah.................................................................................
- Longsong dari anyaman janur kuning diisi beras dan direbus disebut....................................
- Kupat sering diartikan ngaku lepat yang artinya adalah.........................................................
B.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut !
1.
Sebutkan seni yang berkembang dalam Islam!
2.
Apakah agama Islam itu nati seni? Jelasakan
alasannya!
3.
Bagaimana kriteria seni dalam Islam?
4.
Ceritakan kegiatan / tradisi dugderan !
5.
Ceritakan tradisi kupatan !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar