#navbar-iframe { height:0px; visibility:hidden; display:none }

Minggu, 02 Desember 2012

STRATEGI JITU MENGHADAPI UJIAN



STRATEGI JITU MENGHADAPI UJIAN

Dinamika kehidupan manusia salah satunya adalah ujian hidup. Setiap saat kita tidak akan terlepas dari berbagai ujian, dari mulai yang ringan sampai yang berat. Ujian merupakan sarana tempaan yang akan membedakan kualitas seseorang, apakah baik atau buruk akhlaknya, kuat atau lemah imannya? Begitu juga dalam dunia pendidikan, seorang peserta didik yang ingin naik kelas atau teruji hasil belajarnya dalam kurun waktu tertentu tidak terlepas dari ujian-ujian atau evaluasi pembelajaran, disini akan terlihat pembeda siapa siswa yang unggul dan siswa yang kropos?
Dengan demikian, evaluasi pembelajaran merupakan satu proses praktik  lapangan dari teori yang telah dipelajari selama belajar. Keberhasilan dalam ujian adalah harapan semua peserta didik. Namun, pada kenyataannya tidak semua peserta didik dapat mencapai hasil atau prestasi yang baik sesuai harapan. Bahkan tidak sedikit peserta didik yang tidak lulus dan harus mengulang/ diremedial.
Persiapan yang matang adalah sebuah keharusan mutlak untuk mencapai suatu keberhasilan dalam menghadapi ujian. Karena pepatah bijak mengatakan ‘persiapan yang matang merupakan setengah dari kesuksesan, kurang persiapan berarti merencanakan kegagalan, harapan yang ditargetkan tidak akan tercapai’. Siap atau tidak siap seorang pembelajar tetap harus menjalani ujian, mulai dari ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester sampai ujian nasional.
Seorang pembelajar yang baik adalah memfokuskan diri untuk mempersiapkan hal-hal penting yang menunjang pada kesuksesan sebuah ujian. Secara umum menurut Alif Firdausi dalam bukunya Rahasia Para Bintang dan dari berbagai referensi ada empat strategi yang dapat dipersiapkan peserta didik dalam menghadapi UJIAN.
Pertama, Persiapan Fisik.
Kesehatan merupakan kesehatan merupakan modal utama siswa untuk melakukan kegiatan belajar, karena dengan kondisi kesehatan yang baik, fit, dan bugar siswa dapat belajar, mengikuti ulangan dan ujian dengan baik pula. Jika kondisi kesehatan terganggu, belajar dan menjalani ujian jelas akan terganggu. Oleh karena itu, untuk mencapai kesehatan yang baik, disarankan tidur yang cukup, makan makanan yang halal dan bergizi (halalan thoyyiban), lakukan olah raga secukupnya. Yang tidak kalah pentingnya siswa harus menjauhkan diri dari hal-hal yang berbahaya atau bias menimbulkan kecelakaan, karena siswa tidak menginginkan saat ujian nanti mengerjakannya di rumah sakit.



Kedua, Persiapan Mental (emosi/psikologis)

Menjelang ujian siswa harus memiliki kestabilan mental/emosi, karena hal ini merupakan faktor sangat penting untuk menunjang keberhasilan ujian. Untuk menjaga kestabilan mental/emosi, peserta didik seyogyanya menenangkan hati dan pikiran (Colling Down), jauhkan diri dari keributan, bertengkar, melakukan sesuatu yang membuat orang tua marah, aksi naksir cewek atau cowok, bersikap terlalu percaya diri (over confident) berprasangka buruk kepada orang lain. Pokonya tata hati dan pikiran setenang mungkin (enjoy), insya Allah dengan hati yang tenang dan pikiran yang jernih , masa ujian akan dilalui dengan antusias (bersemangat, bergairah). Dengan mental/emosi yang stabil insya Allah tidak akan menemui kendala yang berarti, sebaliknya melalui masa ujian dengan penuh kegembiraan dan berbobot (GEMBROT).

Ketiga, Persiapan Ruhani

Persiapan ruhani merupakan bagian yang sangat penting disamping persiapan fisik dan mental/emosi. Sadarlah bahwa kita hanyalah makhluk Allah yang hanya bisa melakukan usaha semata. Sementara ketentuan dan hasil hanyalah Allah yang menentukan. Dalam persiapan ruhani penulis sarankan lakukanlah hal-hal berikut:
  1. Dirikanlah salat fardhu lima waktu, karena salat adalah mediator/penbolong yang menghubungkan seorang hamba dengan al Kholiq Sang Pencipta, yang senantiasamenurunkan pertolongan dan solusi bagi hamba-hamba-Nya yang menegakkan salat. Wasta’iinuu bish shabri wash sholati (QS al Baqarah:45) “dan jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu”.
  2. Dirikanlah salat malam (tahajjud)
Dari Abu Hurairah ra, berkata, Rasulullah SAW bersabda: Setiap malam Rabb kita turun ke langit dunia itu pada sepertiga malam yang akhir, Allah berfirman:”siapakah yang berdoa kepada-Ku? Maka Aku kabulkan doanya, siapakah yang meinta kepada-Ku? maka Aku penuhi permintaannya, siapakah yang memohon ampun kepada-ku? Maka Aku ampuni dosanya”. (HR. Bukhari Muslim). Jelaslah hanya orang-orang yang melaksanakan salat tahajjud yang bisa mendapatkan kesempatan tersebut.
  1. Senantiasa berdoa dan memohon pertolongan kepada Allah SWT
Doa adalah senjata ampuh yang tidak terhadang, melebihi kehebatan pedang yang tajam atau tombak yang runcing, bahkan senjata canggih sekalipun. Manusia dengan segala kelemahannya, ternyata menyimpan kekuatan dahsyat dalam doanya. Oleh karena itu, jangan segan-segan berdoalah kepada Allah dalam setiap kesempatan,  mintalah keterangan dan ketenangan hati sehingga Allah memberikan kemudahan, kelancaran dalam menjalani ujian, mintalah yang dipelajari keluar dalam ujian.
  1. Mintalah doa restu dari kedua orang tua, guru-guru yang telah menjadi jalannya ilmu (guru TK, SD, SMP, dan guru spiritual/ngaji)
Kunjungi mereka dan mintalah kepada mereka untuk mendoakanmu semoga berhasil dalam ujian. Sebaliknya doakan juga mereka semoga diberikan keberkahan hidup.
  1. Banyaklah berdzikir dan membaca al Quran
Dengan banyak berdzikir dan membacakan al Quran pada setiap kesempatan, Insya Allah akan menyebabkan hatimu menjadi tenang dan terang. Firman Allah SWT:
“sesungguhnya banyak mengingat Allah (dzikir) hati akan menjadi tenang”. (QS Ar Ra’du:28)
Ketahuilah sebaik-sebaik berdzikir adalah membaca al Quran.
  1. Jauhilah ma’siat dan dosa besar, karena hal tersebut akan membuat hatimu menjadi resah dan hidupmu tidak berkah. Ma’siat dan dosa besar salah satunya dengan sengaja meninggalkan shalat fardhu.

Keempat, Persiapan Ilmu (materi pelajaran)
Keberhasilan menjalani ujian, diperlukan ilmu yang memadai, pemahaman materi yang mendalam. Oleh karena itu, belajar yang lebih giat dan bersemangat harus terus dikobarkan. Hal ini mengingat materi pelajaran relatif lebih banyak (beberapa Bab) dan tingkat kesulitan materi pelajaran lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Disarankan peserta didik belajar secara mandiri terjadwal dan belajar kelompok terjadwal.
Belajar mandiri bisa dilakukan dengan cara membaca buku catatan, buku-buku di perpustakaan, berlatih dengan soal-soal latihan. Karena buku catatan dan latihan soal adalah salah satu sumber jawaban dari seluruh pertanyaan ujian. Belajar kelompok dapat dilakukan dengan membahas, mendiskusikan materi yang dianggap sulit. Dengan diskusi peserta didik dapat bertukar informasi, pendapat, dan saling menimba pengalaman masing-masing. Dengan suasana belajar seperti ini Insya Allah tidak akan ‘BETE’  justru akan lebih enjoy dan fun, betul tidak?
Untuk menambah keyakinan akan sukses dalam menjalani ujian, jangan pernah memikirkan kegagalan, hilangkan berbagai gambaran negatif (pesimis), karena hal itu akan melemahkan motivasi dan harapan. Sebaiknya peserta didik menata hati dan membangun pikiran positif (optimis) dari sekarang. Fokuskan pikiran kepada belajar, bayangkan kesuksesanmu, bangun impianmu untuk berhasil. Dengan demikian usahamu untuk mencapai tujuan dan harapan akan semakin gigih. Rintangan dan kesulitan yang dihadapi anggap sebuah tangga yang akan mengantarkan pada kesuksesan.
Pada saat ujian, setidaknya ada delapan langkah yang harus peserta didik lakukan:
  1. Datang ke sekolah lebih awal dengan persiapan yang mantap
Usahakan datang ke tempat ujian 30 menit sebelum masuk, dan perlengkapan untuk ujian jangan sampai ketinggalan, mulai dari kartu ujian, papan dada, pensil, pulpen, penghapus, dan yang lainnya. Insya Allah dengan datang lebih awal dan perlengkapan yang komplit dijamin akan sangat membantu konsentrasi selama mengerjakan ujian.
  1. Baca petunjuk perintah
Baca petunjuk perintah dengan teliti, karena banyak peserta didik yang mengalami kegagalan ujian hanya gara-gara menganggap remeh petunjuk perintah.
  1. Duduk rileks dan waspada
Duduklah di kursi dengan rileks, taruhlah tangan di atas paha, kendorkan seluruh otot, persendian, dan tenangkan pikiran.
  1. Berdoa, tenang dan percaya diri
Berdoalah kepada Allah agar diberikan ketenangan, kemudahan, dan kefahaman dalam mengerjakan soal-soal ujian. Tariklah nafas dalam-dalam melalui hidung, saat menarik nafas gambarkan seolah-olah Ananda sedang menghirup keyakinan dan kepercayaan diri. Keluarkan nafas melalui mulut dengan membayangkan seolah Ananda sedang mengeluarkan seluruh ketakutan, kecemasan, dan kebimbangan.
  1. Bila waktu luas, priview soal-soal
Luangkan 10% dari waktu keseluruhan waktu ujian untuk membaca soal-soal ujian secara mendalam, tandai kata-kata kunci dan putuskan berapa waktu yang diperlukan untuk menjawab masing-masing soal.
  1. Jawab soal-soal ujian dengan strategi
Mulailah menjawab pertanyaan yang mudah dan tentunya sudah diketahui pasti jawabannya. Kemudian baru menjawab soal-soal yang dianggap sulit.
  1. Periksa ulang jawabannya
Sisihkan 10% waktu untuk memeriksa ulang jawaban, dan ada baiknya periksa lagi lembar jawaban (LJK) mulai dari identitas sampai kepada jawaban, mungkin saja ada yang terlewat atau kurang tebal bulatannya.
  1. Ucapkanlah hamdallah
Selesai mengerjakan ujian, ucapkanlah hamdallah ”Alhamdulillaahi Robbil ‘Alamiin”. Sebagai tanda syukur atas limpahan karunia Allah. Kemudian sabar dan tawakkal, serahkan segalanya kepada Allah, semoga Allah memberikan yang terbaik.

 Akhirnya dengan meluruskan niat, membulatkan tekad, dan menyempurnakan ikhtiar lahir dan bathin, mudah-mudahan Allah SWT mentakdirkan para siswa berhasil dan lulus dengan nilai yang terbaik serta ada dalam ridha Allah SWT. Amiin
Bersiaplah menghadapi ujianmu dan bersabarlah menghadapin

Sabtu, 24 November 2012

UCAPAN SELAMAT HUT PGRI KE 67 DAN HARI GURU NASIONAL



Selamat HUT PGRI ke 67 dan Hari Guru Nasional  tanggal 25 November 2012



http://1.bp.blogspot.com/-U7weJPnPovo/UK98uXliniI/AAAAAAAABtM/rfZoDyKUc2M/s1600/selamat-hari-guru+2012.jpg


"Selamat kepada saudaraku guru, engkau telah mengambil keputusan yang tepat memilih profesi yang mulia, memikul risalah yang abadi, engkau telah menjejakkan kaki di pelataran untuk membangun dan mencetak generasi bangsa. engkaulah tumpuan harapan semua, engkau jalan kami, tidak hanya kepada para siswa dan para pemuda tetapi kepada seluruh manusia. Guru saudaraku, engkau tidak membutuhkan kata-kata indah dan tiupan seruling tanda selamat datang, karena engkau laksana bintang, walau jauh dia bercahaya, meski kadang menghilang dia tetap ada.

Mudah-mudahan pengabdian dan bhakti yang telah kita lakukan pada bangsa dan negara menjadi amal sholih Li Illa Kalimatillah sebagai bekal kita. Amiin 

Kamis, 22 November 2012

Puasa Asyura

Disunnahkan Puasa Asyura Tanggal 9 dan 10 Muharram

Puasa selain merupakan ibadah yang mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mengandung sekian banyak manfaat yang lain. Dengan berpuasa seseorang dapat mengendalikan syahwat dan hawa nafsunya. Dan puasa juga menjadi perisai dari api neraka. Puasa juga dapat menghapus dosa-dosa dan memberi syafaat di hari kiamat. Dan puasa juga dapat membangkitkan rasa solidaritas kemanusiaan, serta manfaat lainnya yang sudah dimaklumi terkandung pada ibadah yang mulia ini.
 )* Pada tahun ini, tanggal 9 Muharram bertepatan dengan hari Senin (5 Desember 2011). Tanggal 10 Muharram bertepatan dengan hari Selasa (6 Desember 2011) dan 11 Muharram bertepatan dengan hari Rabu, (7 Desember 2011). Untuk CEK Kalender Hijriyah klik disini..!


Pada bulan Muharram ada satu hari yang dikenal dengan sebutan hari ‘Asyura. Orang-orang jahiliyah pada masa pra Islam dan bangsa Yahudi sangat memuliakan hari ini. Hal tersebut karena pada hari ini Allah Subhanahu wa Ta’ala selamatkan Nabi Musa ‘alaihissalam dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya. Bersyukur atas karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya, Nabi Musa ‘alaihissalam akhirnya berpuasa pada hari ini. Tatkala sampai berita ini kepada Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wassalam, melalui orang-orang Yahudi yang tinggal di Madinah beliau bersabda,
فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوْسَى مِنْكُمْ
“Saya lebih berhak mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi)”.
Yang demikian karena pada saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam sampai di Madinah, beliau mendapati Yahudi Madinah berpuasa pada hari ini, maka beliau sampaikan sabdanya sebagaimana di atas. Semenjak itu beliau Shallallahu’alaihi wasallam memerintahkan ummatnya untuk berpuasa, sehingga jadilah puasa ‘Asyura diantara ibadah yang disukai di dalam Islam. Dan ketika itu puasa Ramadhan belum diwajibkan.
Adalah Abdullah bin Abbas radiyallahu ‘anhu yang menceritakan kisah ini kepada kita sebagaimana yang terdapat di dalam Shahih Bukhari No 1900,
قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِيْنَةَ فَرَأَى اليَهُوْدَ تَصُوْمُ يَوْمَ عَاشُوْرَاء فَقَالَ:ماَ هَذَا؟ قَالُوْا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللهُ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوْسَى. قَالَ: فَأَناَ أَحَقُّ بِمُوْسَى مِنْكُمْ. فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
“Tatkala Nabi Shallallahu’alaihi wasallam datang ke Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari ‘Asyura. Beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam bertanya, “Hari apa ini?”. Orang-orang Yahudi menjawab, “Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah selamatkan Bani Israil dari musuhnya, maka Musa ‘alaihissalam berpuasa pada hari ini. Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Saya lebih berhak mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi). Maka beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummatnya untuk melakukannya”. [HR Al Bukhari]
Dan dari Aisyah radiyallahu ‘anha, ia mengisahkan,
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِصِيَامِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانَ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ
“Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam memerintahkan untuk puasa di hari ‘Asyura. Dan ketika puasa Ramadhan diwajibkan, barangsiapa yang ingin (berpuasa di hari ‘Asyura) ia boleh berpuasa dan barangsiapa yang ingin (tidak berpuasa) ia boleh berbuka”. [HR Al Bukhari No 1897]

Keutamaan puasa ‘Asyura di dalam Islam.

Di masa hidupnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam berpuasa di hari ‘Asyura. Kebiasaan ini bahkan sudah dilakukan beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam sejak sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan dan terus berlangsung sampai akhir hayatnya. Al Imam Al Bukhari (No 1902) dan Al Imam Muslim (No 1132) meriwayatkan di dalam shahih mereka dari Abdullah bin Abbas radiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَومَ فَضْلِهِ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا اليَوْمِ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ وَهذَا الشَّهْرُ يَعْنِي شَهْرُ رَمَضَانَ
“Aku tidak pernah mendapati Rasulullah menjaga puasa suatu hari karena keutamaannya dibandingkan hari-hari yang lain kecuali hari ini yaitu hari ‘Asyura dan bulan ini yaitu bulan Ramadhan”.
Hal ini menandakan akan keutamaan besar yang terkandung pada puasa di hari ini. Oleh karena itu ketika beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam ditanya pada satu kesempatan tentang puasa yang paling afdhal setelah Ramadhan, beliau menjawab bulan Allah Muharram. Dan Al Imam Muslim serta yang lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ، شَهْرُ اللهِ المُحَرَّمُ. وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الفَرِيْضَةَ، صَلاَةُ اللَّيْلِ
“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam”.
Dan puasa ‘Asyura menggugurkan dosa-dosa setahun yang lalu. Al Imam Abu Daud meriwayatkan di dalam Sunan-nya dari Abu Qatadah Radhiallahu’anhu
وَصَوْمُ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ إنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَنَة َالتِيْ قَبْلَهُ
“Dan puasa di hari ‘Asyura, sungguh saya mengharap kepada Allah bisa menggugurkan dosa setahun yang lalu”.

Hukum Puasa ‘Asyura

Sebagian ulama salaf menganggap puasa ‘Asyura hukumnya wajib akan tetapi hadits ‘Aisyah di atas menegaskan bahwa kewajibannya telah dihapus dan menjadi ibadah yang mustahab (sunnah). Dan Al Imam Ibnu Abdilbarr menukil ijma’ ulama bahwa hukumnya adalah mustahab.

Waktu Pelaksanaan Puasa ‘Asyura

Jumhur ulama dari kalangan salaf dan khalaf berpendapat bahwa hari ‘Asyura adalah hari ke-10 di bulan Muharram. Di antara mereka adalah Said bin Musayyib, Al Hasan Al Bashri, Malik, Ahmad, Ishaq dan yang lainnya. Dan dikalangan ulama kontemporer seperti Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Rahimahullah. Pada hari inilah Rasullah Shallallahu’alaihi wasallam semasa hidupnya melaksanakan puasa ‘Asyura. Dan kurang lebih setahun sebelum wafatnya, beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ َلأَصُوْمَنَّ التَاسِعَ
“Jikalau masih ada umurku tahun depan, aku akan berpuasa tanggal sembilan (Muharram)”
Para ulama berpendapat perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam , “…aku akan berpuasa tanggal sembilan (Muharram)”, mengandung kemungkinan beliau ingin memindahkan puasa tanggal 10 ke tanggal 9 Muharram dan beliau ingin menggabungkan keduanya dalam pelaksanaan puasa ‘Asyura. Tapi ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam ternyata wafat sebelum itu maka yang paling selamat adalah puasa pada kedua hari tersebut sekaligus, tanggal 9 dan 10 Muharram.
Dan Al Imam Asy-Syaukani dan Al Hafidz Ibnu Hajar mengatakan puasa ‘Asyura ada tiga tingkatan. Yang pertama puasa di hari ke 10 saja, tingkatan kedua puasa di hari ke 9 dan ke 10 dan tingkatan ketiga puasa di hari 9,10 dan 11.
Wallahua’lam.
URL Sumber http://www.ahlussunnah-jakarta.org/detail.php?no=176

Kamis, 08 November 2012

LAPORAN KEGIATAN QURBAN HASIL PESERTA DIDIK



LAPORAN KEGIATAN PENYEMBELIHAN HEWAN QURBAN
CIHAURKUKU RT 01 RW 01 KELURAHAN ANTAPANI WETAN KECAMATAN ANTAPANI
KOTA BANDUNG
Ditujukan untuk memenuhi Tugas Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Kelas IX Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012-2013





Disusun Oleh ;
AHMAD SAHID MEGANTARA
KELAS IX A

SMP NEGERI 17 BANDUNG
JL. PACUAN KUDA ARCAMANIK TELP. (022)7275986


DAFTAR ISI

Kata Pengantar           ………………………………………………………………………………… i
Daftar isi         ………………………………………………………………………………………    ii
BAB I Pendahuluan
a.      Latar Belakang  ……………………………………………………………………………………….    1
b.      Dasar Hukum …………………………………………………………………………………………  2
c.       Maksud dan Tujuan …………………………………………………………………………………2- 4

BAB II Isi Laporan
a.      Jenis Kegiatan........................................................................................................................................  5
b.      Tempat dan Waktu Kegiatan ……………………………………………………………………........   5
c.       Petugas Kegiatan ………………………………………………………………………………........   5
d.      Daftar Mudhori ……………………………………………………………………………………. 5- 6
e.      Jumlah Hewan Qurban ……………………………………………………………………………....   6
f.        Tempat Pendistribusian Daging Qurban ………………………………………………………….......    6
g.      Hasil kegiatan ……………………………………………………………………………………....     7
h.      Kesimpulan dan saran ……………………………………………………………………………....    7

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………………     8

Lampiran – lampiran


 
Kata pengantar

Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kekhadirat illahi ALLAH SWT, atas segala nikmat dan ridhoNyalah , penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu tentang penyembelihan hewan qurban. Selain itu juga untuk menambah rasa keimanan dan ketaqwaan kepada ALLAH SWT, serta untuk meningkatkan ukhuwah Islamiah melalui kegiatan penyembelihan hewan qurban dan juga memberikan pembekalan kepada para pemuda tentang salah satu cara hidup secara Islami.
            Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Sholahudin Sanusi S.Ag, guru agama kami yang telah memberikan pembekalan pengetahuan tentang qurban dan telah memfasilitasi kami untuk mengadakan observasi tentang pelaksanaan pemotongan hewan qurban langsung ke lapangan. Terima kasih juga kami haturkan  kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini.
            Penulis menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan, namun penulis tetap berharap semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri, umumnya untuk semua pembaca laporan ini.
            Alhamdulillah hirobbil a’lamiin.





                                                                                                            Wasalam
                                                                                                             

  Penullis

BAB 1
Pendahuluan
a.      Latar Belakang Kegiatan
Perayaan idul adha ditandai dengan penyembelihan hewan yang membawa pikiran, hati dan keimanan kita yang larut pada peristiwa puluhan abad yang lalu yaitu kisah tentang Nabi Ibrahim A.S dan putranya Ismail yang begitu sabar dan patuh pada perintah Allah Swt, yang sisahnya dituliskan dalam Qur’an surat Ash-Shaffat ayat 102-105 yg artinya “Maka ketika anak itu sampai (pada  umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguh nya aku bermimpi bahwa aku menyembelih-mu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”. Dia Ismail menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang dipertahankan Allah ke pada mu, InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yg sabar”. Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya di atas pelipisnya (Untuk melaksanakan perintah Allah”. Lalu kami pangil dia, “Wahai Ibahim !”. suguh engkau telah  membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yg berbuat baik”. Peristiwa ini membawa kesan yg sangat mendalam bagi kita betapa tidak selama bertahun-tahun Nabi Ibrahim menunggu kehadiran sang buah hati ternyata di uji allah untuk menyembelih putranya sendiri, Ismail. Nabi Ibrahim dituntup untuk memilih perintah allah atau mempertahankan putranya dengan tidak mengindahkan perintah Allah. Sebuah pilihan yg dilematis, karena di dasarin dengan sebuah ketakwaan yg kuat kepada allah, perintah Allah pun di laksanakan, walau pada akhirnya Nabi Ismail tidak jadi di sembelih dengan digantikan dengan seekor domba.
Perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya di saat Nabi Ibrahim tengah bahagia dengan kehadiran putra kesayangannya, Ismail begitu mengandung pembelajaran penting bagi peningkatan kualitas seorang muslim.



b.      Dasar hukum penyembelihan hewan qurban

1.      Qur’an surat Ash-Shaffat ayat 102-105 yg artinya “Maka ketika anak itu sampai (pada  umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguh nya aku bermimpi bahwa aku menyembelih-mu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”. Dia Ismail menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang dipertahankan Allah ke pada mu, InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yg sabar”. Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya di atas pelipisnya (Untuk melaksanakan perintah Allah”. Lalu kami pangil dia, “Wahai Ibahim !”. suguh engkau telah  membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yg berbuat baik”.

2.      Qur’an surat Al-Hajj ayat 4 yg artinya “dan tiap-tiap umat telah kami syariatkan pengembelihan (Qurban) , supaya mereka me-nyebut nama allah terhadap binatang ternak yg telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhan mu iyalah Tuhan yg maha Esa, Karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yg tunduk patuh (kepada Allah).

c.       Maksud dan tujuan kegiatan

1.      Meningkatkan Ketakwaan
Pengertian takwa terkait dengan ketaatan seorang hamba kepada  sang Kholik untuk menjalankan perintah-Nya. Tingkat ketakwaaan seserang dapat di ukur dari kepedulian terhadap sesamanya. 
2.      Meningkatkan Kesabaran
Nabi Ibrahim dan Ismail adalah hasil dari sebuah pemahaman atas keyakinan dan keimanan yg mutlak kepada Allah, keyakinan dan keimanan bahwa sesungguhnya segala yg datang dari Allah adalah sebuah kebenaran. Hikmah yg bisa kita ambil dari kisah ini adalah bagaimana kita mampu memahami hakikat sabar itu, sabar bukan sekedar menahan marah,  menahan emosi tapi lebih dari itu sebuah kesadaran harus lah datang dari jiwa yg dipenuhi akan keyakinan dan keimanan atas kebenaran yang datang dari Allah.
3.      Meningkatkan Keikhlasan
Mencoba bercermin dari kisah Nabi Ibrahim dah Ismail sekedar mengambil pelajaran bahwa ketika Nabi Ibrahim mendapat perintah untuk menyembelih anaknya dan setelah melalui pengolakan batin yg luar biasa akhirnya beliau memantapkan hati untuk melaksanakan perintah tersebut  ikhlas yg dalam hal ini beliau menyadari bahwa allah yg telah memberinya anugerah keturunan yg sangat didambakannya dan allah pun yg akan mengambilnya kembali. Harta, kekuasaan, jabatan, hidup dan mati, keturunan dan segala anugerah kenikmatan yg kita rasakan pda hakikatnya adalah milik allah dan setiap saat atau kapanpun allah menghendaki maka dia berhak untuk mengambilnya kembali. Pada saat itulah kita diuji apakah kita sanggup merelakan apa yg menurut kita adalah milik kita sendiri untuk diambil kembali oleh pemiliknya yg hakiki.  
4.      Meningkatkan Syiar Agama
Berqurban adalah sebagian dari syiar agama islam, seperti yg dituliskan dalam Qur’an surat Al-Hajj ayat 4 yg artinya “dan tiap-tiap umat telah kami syariatkan pengembelihan (Qurban) , supaya mereka me-nyebut nama allah terhadap binatang ternak yg telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhan mu iyalah Tuhan yg maha Esa, Karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yg tunduk patuh (kepada Allah).
5.      Meningkatkan Solidaritas sosial dan ukhwah islamiah
Kita sering beranggapan bahwa apa yg kita raih adalah hasil jerih payah sendiri dan melupakan Allah yg Maha memiliki segala apa yg kita miliki saat ini. Dengan membagikan kepada kalangan tidak mampu merupakan salah satu bentuk kepedulian social seorang muslim kepada sesamanya yg tidak mampu. Selain menumbuhkan rasa solidaritas social, juga dapat merekatkan ukhuwah islamiyah antara tetangga, bahwasanya tidak ada perbedaan suku, ras atau pun agama. Di hari raya Idul Adha ini pula jalan pemer satu ummat, antara muslim dan non muslim itu bisa saling menghormati dan menghargai.



BAB II
ISI LAPORAN
a.      Jenis kegiatan
Kegiatan Penyembelihan Qurban ini merupakan rangkaian kegiatan setelah pelaksanaan Sholat Idul Adha dalam rangka memperingati hari Raya Idul Adha 1433 H.
b.      Tempat dan Waktu Kegiatan
Pelaksanaan Penyembelihan Hewan Qurban ini dilaksanakan di lapangan RT 01 RW 01 Cihaurkuku setelah pelaksanaan Sholat Idul Adha, yaitu mulai jam 08.00 pagi, tanggal 10 DzulHijjah 1433 Hijriyah atau tanggal 26 Oktober  2012.

c.       Petugas Kegiatan
Petugas pelaksana penyembelihan hewan qurban terdiri dari :
1.      Ustad Subhan
2.      Ustad Endang saepudin
3.      Pak Oyon
4.      Pak Maman
5.      Pak Jumli
6.      Pak Obar
7.      Pak Dedi
8.      Beserta Staff DKM Al Ikhlas RW 01 Cihaurkuku.

d.      Daftar Mudhohi ( Orang yang berqurban)
Di RW 01 pada tahun ini terdapat 26 Mudhohi, yaitu :
1.      Hj. Siti Habsah
2.      Asep Rahmat Mulyana
3.      Ahmad Sidik Permana
4.      Ahmad Sahid Megantara
5.      Nuning Nurjanah
6.      Hj. Euis Titing
7.      H. Umar Faqih
8.      Hj. Nurhasanah
9.      Budi
10.   Tedi
11.   Hj. Aang
12.   HJ. Imas
13.   Retno
14.   Aisah
15.   Sutardi
16.   Nano Karno
17.   Ai Dede
18.   Dudun
19.   Yayah
20.   Ai Karmini
21.   Heti
22.   Nia
23.   Huzaemah
24.   Sulaeman
25.   Ruhanah
26.   Billy

e.      Jumlah Hewan Qurban
Banyaknya hewan Qurban adalah 3 ekor Sapi an 5 ekor domba.

f.        Tempat pendistribusian daging Qurban
Setelah hewan qurban disembelih, didistribusikan kepada warga masyarakat yang ada di Cihaurkuku Rw 01 Kel. Antapani Wetan yang terdiri lebih dari 200 kepala keluarga.

g.      Hasil Kegiatan
1.      Terpenuhinya salah satu kewajiban, yaitu melaksanakan penyembelihan hewan qurban bagi kaum yang mampu.
2.      Terciptanya ukhuwah Islamiyah.
3.      Terjalinnya silaturahmi antar sesama, bukan hanya dengan orang muslim, tetapi juga dengan non-muslim yang ada di sekitar kita, karena mereka juga berhak menikmati pestanya atau rezekinya orang muslim.
4.      Terwujudnya pembelajaran untuk hidup bersosial yang baik.

h.      Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan :
 Kegiatan Penyembelihan hewan Qurban  adalah kegiatan rutin tahunan yang sudah menjadi  tradisi, selain merupakan ibadah yang harus terus dijaga dan dilestarikan karena memiliki makna yang dalam yaitu bukan hanya meningkatkan hubungan Vertikal dengan Allah SWT, tetapi juga meningkatkan Ukhuwah, meningkatkan hubungan horizontal dengan sesama. Dan alhamdulilah tahun ini ada peningkatan Mudhori di Cihaurkuku, berarti adanya peningkatan kesejahtraan dan peningkatan ketaqwaan dan ketaatan kepada Allah SWT.
Saran :
Pada masa yang akan datang, diharapkan para petugas bukannya Staff DKM yang terdiri dari orang-orang tua, tetapi melibatkan anak-anak muda, agar lebih tahu tentang agama, khususnya masalah qurban, lebih tahu tentang lingkungan sosialnya, sehingga lebih menyadari akan peran dan tanggung jawabnya sebagai generasi penerus.

Bab III

PENUTUP

Tugas ini di buat untuk memenuhi tugas pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu tentang penyembelihan hewan qurban. Selain itu juga untuk menambah rasa keimanan dan ketakwaan kepada ALLAH Swt, serta untuk meningkatkan ukuwah islamiah melalui kegiatan penyembelihan hewan qurban dan juga memberikan pembekalan kepada para pemuda tentang cara hidup secara islami.
            Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Sholahudin Sanusi S.Ag, guru agama kami yang telah memberikan pembekalan pengetahuan tentang qurban dan telah memfasilitasi kami untuk mengadakan observasi tentang pelaksanaan pemotongan hewan qurban langsung ke lapangan. Terima kasih juga kami haturkan  kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini.
            Penulis menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan, namun penulis tetap berharap semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri, umumnya untuk semua pembaca laporan ini.
            Alhamdulilah hirobbil a’lamiin.


 LAMPIRAN-LAMPIRAN













SALAM SILATURRAHIM, SELAMAT BERKUNJUNG DI BLOG SAYA, SEMOGA KITA MENJADI INSAN BIJAK DENGAN BERBAGI ILMU PENGETAHUAN