#navbar-iframe { height:0px; visibility:hidden; display:none }

Sabtu, 06 Oktober 2012

Seri Pendidikan Membangun Motivasi Belajar Siswa



MEMBANGUN MOTIVASI BELAJAR SISWA
Dokumen Artikel www.tunas63.wordpress.com

Membangun Motivasi Belajar Siswa
Oleh: Arief Achmad

Salah satu indikator keberhasilan pendidikan secara mikro di tataran
pembelajaran level kelas adalah tatkala seorang guru mampu membangun
motivasi belajar para siswanya. Jika siswa-siswa itu dapat ditumbuhkan motivasi
belajarnya, maka sesulit apa pun materi pelajaran atau proses pembelajaran yang
diikutinya niscaya mereka akan menjalaninya dengan "enjoy" dan "pede".
Tulisan ini mencoba mengangkat apa itu motivasi, belajar, dan pentingnya
motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.

A. Pengertian Motivasi

Banyak pakar yang merumuskan definisi 'motivasi' sesuai dengan kajian
yang diperdalamnya. Rumusannya beraneka ragam, sesuai dengan sudut pandang
dan kajian perspektif bidang telaahnya. Namun demikian, ragam definisi tersebut
memiliki ciri dan kesamaan. Di bawah ini dideskripsikan beberapa kutipan
pengertian 'motivasi'. Michel J. Jucius (Onong Uchjana Effendy, 1993: 69-70)
menyebutkan 'motivasi' sebagai "kegiatan memberikan dorongan kepada
seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki".
Menurut Dadi Permadi (2000: 72) 'motivasi' adalah "dorongan dari dalam untuk
berbuat sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif".

Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2004: 64-65), apa saja yang diperbuat
manusia, yang penting maupun kurangpenting, yang berbahaya maupun yang
tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya. Ini berarti, apa pun tindakan
yang dilakukan seseorang selalu ada motif tertentu sebagai dorongan ia
melakukan tindakannya itu. Jadi, setiap kegiatan yang dilakukan individu selalu
ada motivasinya. Lantas, Nasution (2002: 58), membedakan antara 'motif' dan
'motivasi'. Motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu, sedangkan motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisikondisi,
sehingga orang itu mau atau ingin melakukannya.

deskripsi di atas, 'motivasi' dapat dirumuskan sebagai sesuatu
kekuatan atau energi yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk
beraktivitas.
Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi dua:
(1) motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri
pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang dianut, harapan,
minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada
seseorang; dan
(2) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri
pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas-sekolah, adanya
ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh
hukuman (punishment) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
motivasi)
B. Pengertian Belajar

Banyak definisi yang diberikan tentang 'belajar'. Misalnya Gage (1984),
mengartikan 'belajar' sebagai suatu proses di mana organisma berubah
perilakunya.

Cronbach mendefinisikan belajar: "learning is shown by a change in behavior as a
result of experience" (belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku
individu sebagai hasil pengalamannya). Harold Spears mengatakan bahwa:
learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to
follow direction" (belajar adalah untuk mengamati, membaca, meniru, mencoba
sendiri sesuatu, mendengarkan, mengikuti arahan). Adapun Geoch, menegaskan
bahwa: "learning is a change in performance as result of practice." (belajar adalah
suatu perubahan di dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik).

Kemudian, menurut Ratna Willis Dahar (1988: 25-26), "belajar didefinisikan
sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman".
Paling sedikit ada lima macam perilaku perubahan pengalaman dan dianggap
sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar:
Pertama, pada tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan
perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi
dengan suatu stimulus terkondisi. Sebagai suatu fungsi pengalaman,
stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memeroleh kemampuan untuk
mengeluarkan respons terkondisi. Bentuk semacam ini disebut responden,
dan menolong kita untuk memahami bagaimana para siswa menyenangi
atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-bidang studi.
Kedua, belajar kontiguitas, yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan
satu dengan yang lain pada suatu waktu, dan hal ini banyak kali kita alami.
Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat menyebabkan belajar dari 'drill'
dan belajar stereotipe-stereotipe.
Ketiga, kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku
memengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa
besar pengulangan itu. Belajar semacam ini disebut belajar operant.
Keempat, pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan
kejadian-kejadian. Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita
mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar observasional.
Kelima, belajar kognitif terjadi dalam kepala kita, bila kita melihat dan
memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita, dan dengan insight, belajar
menyelami pengertian.

Akhirnya, Depdiknas (2003) mendefinisikan 'belajar' sebagai proses
membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses
membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama
orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan
perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi
bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda
padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat
yang sama. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun
pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa
dalam membangun gagasannya.
Dengan kata lain, partisipasi guru harus selalu menempatkan
pembangunan pemahaman itu adalah tanggung jawab siswa itu sendiri, bukan
guru. Misal, bila siswa bertanya tentang sesuatu, maka pertanyaan itu harus selalu
dikembalikan dulu kepada siswa itu atau siswa lain, sebelum guru memberikan
bantuan untuk menjawabnya. Seorang siswa bertanya, "Pak/Bu, apakah tumbuhan
punya perasaan?" Guru yang baik akan mengajukan balik pertanyaan itu kepada
siswa lain sampai tidak ada seorang pun siswa dapat menjawabnya. Guru
kemudian berkata, "Saya sendiri tidak tahu, tetapi bagaimana jika kita melakukan
percobaan?".

Jadi, berdasarkan deskripsi di atas, 'belajar' dapat dirumuskan sebagai
proses siswa membangun gagasan/pemahaman sendiri untuk berbuat, berpikir,
berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru; baik
melalui pengalaman mental, pengalaman fisik, maupun pengalaman sosial.

C. Pentingnya Motivasi Belajar Siswa
Dalam kegiatan pembelajaran, 'perhatian' berperan amat penting sebagai
langkah awal yang akan memacu aktivitas-aktivitas berikutnya. Dengan
'perhatian', seseorang berupaya memusatkan pikiran, perasaan emosional atau segi
fisik dan unsur psikisnya kepada sesuatu yang menjadi tumpuan perhatiannya.
Gage dan Berliner (1984) mengungkapkan, tanpa adanya perhatian tidak mungkin
terjadi belajar. Jadi, seseorang siswa yang menaruh minat terhadap materi
pelajaran, biasanya perhatiannya akan lebih intensif dan kemudian timbul
motivasi dalam dirinya untuk mempelajari materi pelajaran tersebut.
Di sini, motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha seseorang
(siswa) untuk menyediakan segaladaya (kondisi-kondisi) untuk belajar sehingga ia
mau atau ingin melakukan proses pembelajaran.

Dengan demikian, motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu
sendiri (motivasi intrinsik/motivasi internal) dan/atau berasal dari luar diri pribadi
siswa (motivasi ekstrinsik/motivasi eksternal). Kedua jenis motivasi ini jalinmenjalin
atau kait mengait menjadi satu membentuk satu sistem motivasi yang
menggerakkan siswa untuk belajar.

Jelaslah sudah pentingnya motivasi belajar bagi siswa. Ibarat seseorang
menjalani hidup dan kehidupannya, tanpa dilandasi motivasi maka hanya
kehampaanlah yang diterimanya dari hari ke hari. Tapi dengan adanya motivasi
yang tumbuh kuat dalam diri seseorang maka hal itu akan merupakan modal
penggerak utama dalam melakoni dunia ini hingga nyawa seseorang berhenti
berdetak. Begitu pula dengan siswa, selama ia menjadi pembelajar selama itu pula
membutuhkan motivasi belajar guna keberhasilan proses pembelajarannya.
Bila Artikel ini dijadikan refeensi/bahan pustaka, berikut identitasnya:
Membangun motivasi Belajar Siswa dalam.2009.
http://tunas63.wordpress.com/2009/11/06/karya-tulis-ilmiah-pendidikanmembangun-
motivasi-belajar-siswa/ . Tanggal akses . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SALAM SILATURRAHIM, SELAMAT BERKUNJUNG DI BLOG SAYA, SEMOGA KITA MENJADI INSAN BIJAK DENGAN BERBAGI ILMU PENGETAHUAN