MEMBANGUN MOTIVASI BELAJAR SISWA
Dokumen Artikel www.tunas63.wordpress.com
Membangun Motivasi
Belajar Siswa
Oleh: Arief Achmad
Salah satu indikator keberhasilan pendidikan
secara mikro di tataran
pembelajaran level kelas adalah tatkala
seorang guru mampu membangun
motivasi belajar para siswanya. Jika
siswa-siswa itu dapat ditumbuhkan motivasi
belajarnya, maka sesulit apa pun materi
pelajaran atau proses pembelajaran yang
diikutinya niscaya mereka akan menjalaninya
dengan "enjoy" dan "pede".
Tulisan ini mencoba mengangkat apa itu
motivasi, belajar, dan pentingnya
motivasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran.
A. Pengertian Motivasi
Banyak pakar yang merumuskan definisi
'motivasi' sesuai dengan kajian
yang diperdalamnya. Rumusannya beraneka
ragam, sesuai dengan sudut pandang
dan kajian perspektif bidang telaahnya.
Namun demikian, ragam definisi tersebut
memiliki ciri dan kesamaan. Di bawah ini
dideskripsikan beberapa kutipan
pengertian 'motivasi'. Michel J. Jucius
(Onong Uchjana Effendy, 1993: 69-70)
menyebutkan 'motivasi' sebagai
"kegiatan memberikan dorongan kepada
seseorang atau diri sendiri untuk mengambil
suatu tindakan yang dikehendaki".
Menurut Dadi Permadi (2000: 72) 'motivasi'
adalah "dorongan dari dalam untuk
berbuat sesuatu, baik yang positif maupun
yang negatif".
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2004:
64-65), apa saja yang diperbuat
manusia, yang penting maupun kurangpenting,
yang berbahaya maupun yang
tidak mengandung resiko, selalu ada
motivasinya. Ini berarti, apa pun tindakan
yang dilakukan seseorang selalu ada motif
tertentu sebagai dorongan ia
melakukan tindakannya itu. Jadi, setiap
kegiatan yang dilakukan individu selalu
ada motivasinya. Lantas, Nasution (2002:
58), membedakan antara 'motif' dan
'motivasi'. Motif adalah segala daya yang
mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu, sedangkan motivasi adalah
usaha-usaha untuk menyediakan kondisikondisi,
sehingga orang itu mau atau ingin
melakukannya.
deskripsi di atas, 'motivasi' dapat
dirumuskan sebagai sesuatu
kekuatan atau energi yang menggerakkan
tingkah laku seseorang untuk
beraktivitas.
Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi dua:
(1) motivasi intrinsik, yaitu motivasi
internal yang timbul dari dalam diri
pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang dianut,
harapan,
minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada
seseorang; dan
(2) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi
eksternal yang muncul dari luar diri
pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas-sekolah,
adanya
ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh
hukuman (punishment) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
motivasi)
B. Pengertian Belajar
Banyak definisi yang diberikan tentang
'belajar'. Misalnya Gage (1984),
mengartikan 'belajar' sebagai suatu proses
di mana organisma berubah
perilakunya.
Cronbach mendefinisikan belajar:
"learning is shown by a change in behavior as a
result of experience" (belajar
ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku
individu sebagai hasil pengalamannya).
Harold Spears mengatakan bahwa:
learning is to observe, to read, to imitate,
to try something themselves, to listen, to
follow direction" (belajar adalah untuk
mengamati, membaca, meniru, mencoba
sendiri sesuatu, mendengarkan, mengikuti
arahan). Adapun Geoch, menegaskan
bahwa: "learning is a change in
performance as result of practice." (belajar adalah
suatu perubahan di dalam unjuk kerja sebagai
hasil praktik).
Kemudian, menurut Ratna Willis Dahar (1988:
25-26), "belajar didefinisikan
sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan
oleh pengalaman".
Paling sedikit ada lima macam perilaku
perubahan pengalaman dan dianggap
sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam
belajar:
Pertama, pada tingkat
emosional yang paling primitif, terjadi perubahan
perilaku diakibatkan dari
perpasangan suatu stimulus tak terkondisi
dengan suatu stimulus
terkondisi. Sebagai suatu fungsi pengalaman,
stimulus terkondisi itu
pada suatu waktu memeroleh kemampuan untuk
mengeluarkan respons
terkondisi. Bentuk semacam ini disebut responden,
dan menolong kita untuk
memahami bagaimana para siswa menyenangi
atau tidak menyenangi
sekolah atau bidang-bidang studi.
Kedua, belajar
kontiguitas, yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan
satu dengan yang lain pada suatu waktu, dan hal ini banyak kali
kita alami.
Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat menyebabkan belajar dari
'drill'
dan belajar stereotipe-stereotipe.
Ketiga, kita belajar
bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku
memengaruhi apakah
perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa
besar pengulangan itu. Belajar
semacam ini disebut belajar operant.
Keempat, pengalaman
belajar sebagai hasil observasi manusia dan
kejadian-kejadian. Kita belajar dari model-model dan masing-masing
kita
mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar
observasional.
Kelima, belajar kognitif
terjadi dalam kepala kita, bila kita melihat dan
memahami
peristiwa-peristiwa di sekitar kita, dan dengan insight, belajar
menyelami pengertian.
Akhirnya, Depdiknas (2003) mendefinisikan
'belajar' sebagai proses
membangun makna/pemahaman terhadap informasi
dan/atau pengalaman. Proses
membangun makna tersebut dapat dilakukan
sendiri oleh siswa atau bersama
orang lain. Proses itu disaring dengan
persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan
perasaan siswa. Belajar bukanlah proses
menyerap pengetahuan yang sudah jadi
bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil
ulangan para siswa berbeda-beda
padahal mendapat pengajaran yang sama, dari
guru yang sama, dan pada saat
yang sama. Mengingat belajar adalah kegiatan
aktif siswa, yaitu membangun
pemahaman, maka partisipasi guru jangan
sampai merebut otoritas atau hak siswa
dalam membangun gagasannya.
Dengan kata lain, partisipasi guru harus
selalu menempatkan
pembangunan pemahaman itu adalah tanggung
jawab siswa itu sendiri, bukan
guru. Misal, bila siswa bertanya tentang
sesuatu, maka pertanyaan itu harus selalu
dikembalikan dulu kepada siswa itu atau
siswa lain, sebelum guru memberikan
bantuan untuk menjawabnya. Seorang siswa
bertanya, "Pak/Bu, apakah tumbuhan
punya perasaan?" Guru yang baik akan
mengajukan balik pertanyaan itu kepada
siswa lain sampai tidak ada seorang pun
siswa dapat menjawabnya. Guru
kemudian berkata, "Saya sendiri tidak
tahu, tetapi bagaimana jika kita melakukan
percobaan?".
Jadi, berdasarkan deskripsi di atas,
'belajar' dapat dirumuskan sebagai
proses siswa membangun gagasan/pemahaman
sendiri untuk berbuat, berpikir,
berinteraksi sendiri secara lancar dan
termotivasi tanpa hambatan guru; baik
melalui pengalaman mental, pengalaman fisik,
maupun pengalaman sosial.
C. Pentingnya Motivasi
Belajar Siswa
Dalam kegiatan pembelajaran, 'perhatian'
berperan amat penting sebagai
langkah awal yang akan memacu
aktivitas-aktivitas berikutnya. Dengan
'perhatian', seseorang berupaya memusatkan
pikiran, perasaan emosional atau segi
fisik dan unsur psikisnya kepada sesuatu
yang menjadi tumpuan perhatiannya.
Gage dan Berliner (1984) mengungkapkan,
tanpa adanya perhatian tidak mungkin
terjadi belajar. Jadi, seseorang siswa yang
menaruh minat terhadap materi
pelajaran, biasanya perhatiannya akan lebih
intensif dan kemudian timbul
motivasi dalam dirinya untuk mempelajari
materi pelajaran tersebut.
Di sini, motivasi belajar dapat
didefinisikan sebagai usaha-usaha seseorang
(siswa) untuk menyediakan segaladaya
(kondisi-kondisi) untuk belajar sehingga ia
mau atau ingin melakukan proses
pembelajaran.
Dengan demikian, motivasi belajar dapat
berasal dari diri pribadi siswa itu
sendiri (motivasi intrinsik/motivasi
internal) dan/atau berasal dari luar diri pribadi
siswa (motivasi ekstrinsik/motivasi
eksternal). Kedua jenis motivasi ini jalinmenjalin
atau kait mengait menjadi satu membentuk
satu sistem motivasi yang
menggerakkan siswa untuk belajar.
Jelaslah sudah pentingnya motivasi belajar
bagi siswa. Ibarat seseorang
menjalani hidup dan kehidupannya, tanpa
dilandasi motivasi maka hanya
kehampaanlah yang diterimanya dari hari ke
hari. Tapi dengan adanya motivasi
yang tumbuh kuat dalam diri seseorang maka
hal itu akan merupakan modal
penggerak utama dalam melakoni dunia ini
hingga nyawa seseorang berhenti
berdetak. Begitu pula dengan siswa, selama
ia menjadi pembelajar selama itu pula
membutuhkan motivasi belajar guna
keberhasilan proses pembelajarannya.
Bila Artikel ini dijadikan
refeensi/bahan pustaka, berikut identitasnya:
Membangun motivasi
Belajar Siswa dalam.2009.
http://tunas63.wordpress.com/2009/11/06/karya-tulis-ilmiah-pendidikanmembangun-
motivasi-belajar-siswa/ . Tanggal akses . . .